Mungkin telinga Anda tak asing lagi mendengar kata “jangkrik”. Ya, hewan sejenis serangga berwarna coklat tua yang biasa hidup di daerah pertanian seperti sawah dan ladang yang masih banyak terdapat semak belukarnya. Jangkrik biasanya hidup di lubang-lubang tanah yang gembur yang banyak tersedia makanan seperti dedaunan, batang pohon dan buah-buahan.
Di pedesaan, saat hari mulai petang biasanya suara mereka nyaring layaknya sebuah kelompok paduan suara. Bunyi “kriiik… kriiik … kriiik” merupakan pertanda bahwa hari mulai berganti dari siang menuju malam. Bagi orang yang sudah terbiasa mendengar suaranya tentu bisa menjadi hiburan di tengah keheningan suasana alam pedesaan. Sebaliknya bagi orang yang belum terbiasa mendengarnya justru membuat bulu kuduk merinding alias menakutkan.
Sedikit bernostalgia, bagi Anda yang lahir di Jakarta pada era 70 hingga 80-an, suara jangkrik yang nyaring akan mulai terdengar saat hari mulai gelap. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, kini suara itu sudah tak terdengar lagi karena habitat jangkrik telah berubah menjadi permukiman, gedung-gedung perkantoran dan pusat-pusat perbelanjaan.
Bagi Anda yang ingin mengulang nostalgia tersebut tak perlu khawatir, karena kini seorang warga pinggiran Jakarta, Udin Syahrudin, sebut saja begitu, berusaha mengahadirkan kembali suasana tempo dulu yang ramai dengan suara jangkrik di dalam rumahnya. Kini setiap menjelang petang di rumah bapak tiga orang anak ini diramaikan oleh suara jangkrik yang saling bersahutan.
Tujuan pria penyuka nasi uduk Betawi memelihara jangkrik ini memang bukan untuk bernostalgia tetapi untuk usaha ternak sebagai mata pencahariaan. Selain membesarkan, ia juga melakukan proses penetasan telur dan pembibitan. Setelah kira-kira berusia tiga bulan sejak menetas barulah jangkrik tersebut dapat dipanen dan kemudian dijual kepada para pengepul atau toko pakan binatang piaraan.
Layaknya beternak ayam negeri yang memerlukan kandang dan peralatan lainnya seperti tempat minum, tempat pakan dan penerangan, demikian juga dengan jangkrik. Kandang, misalnya, bentuknya biasanya kotak persegi panjang berukuran kira-kira 180 cm untuk panjangnya, sedangkan untuk lebarnya kira-kira 50 cm dan 90 cm untuk tingginya. Untuk membuat kandang, bahan-bahan yang dibutuhkan adalah triplek, kaso dan paku. Bahan-bahan tersebut dapat dibeli di toko-toko material atau bisa juga menggunakan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai.
Setelah pembuatan kandang selesai, jangan lupa pada bagian dalam atas, mulai dari bibir kandang ditempeli lakban yang memiliki permukaan licin. Lebarnya kira-kira 10 cm. Karenanya gunakanlah lakban yang berukuran paling besar dan biasanya berwarna coklat. Tujuannya adalah agar jangkrik-jangkrik tersebut tidak keluar dari kandang .
Biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu kandang tidak besar, cukup terjangkau. “Kagak nyampe seratus rebu, dah, buat satu kandang”, ujarnya dalam logat Betawi yang kental. Apalagi jika bahan-bahan yang digunakan adalah barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, tentu biaya bisa ditekan lagi.
Pria yang lahir dan besar di Pondok Aren, Tangerang Selatan, ini memberi gambaran bahwa untuk tahap awal kandang yang dibuat tak perlu banyak. “Cukup tiga biji”, katanya. Misalnya bahan-bahan yang digunakan tidak sepenuhnya baru, namun dicampur dengan barang bekas. Maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat tiga kandang ini kira-kira Rp 200.000.
Agar modal dapat ditekan, sebaiknya jangkrik-jangkrik yang akan dibesarkan ditetaskan sendiri dari telur. Telur tersebut dapat diperoleh dari para peternak yang biasa menjual bibit jangkrik. Satu kilogram telur cukup untuk mengisi 3 kandang karena satu kilogram telur akan menetas sebanyak 3.000 ekor. Jadi tiap-tiap kandang bisa menampung sebanyak 1.000 ekor. Harga 1 kg telur biasanya Rp 300.000. Pembelian telur cukup sekali saja. Selanjutnya penetasan telur diperoleh melalui pembibitan dari jangkrik-jangkrik dewasa pilihan yang memiliki ukuran tubuh lebih besar, gesit dan sehat dibanding yang lainnya.
Waktu pemeliharaan yang dibutuhkan mulai dari penetasan telur hingga siap panen kurang lebih 3 bulan. Dalam masa pemeliharaan, pemberian pakan cukup dengan sisa-sisa sayuran yang dapat diperoleh di pasar-pasar tradisional. Selain sisa-sisa sayuran, batang pohon pepaya atau pohon pisang juga dapat diberikan.
Untuk tiga kandang dengan jumlah jangkrik 3.000 ekor, pakan satu karung goni berisi sisa sayuran ditambah batang pohon pepaya dan pisang, cukup untuk satu pekan. Dalam sebulan berarti dibutuhkan empat karung atau 12 karung untuk tiga bulan. Jika pakan tersebut dibeli, misalnya Rp 10.000 per karung, maka biaya pakan secara total adalah Rp 120.000.
Jika Anda merasa pakan dari sisa sayuran tersebut belum cukup, Anda bisa menambahkan sedikit pur atau makanan olahan yang biasa dijual di toko pakan ternak. Jika dalam satu bulan Anda menganggarkan Rp 50.000, maka dalam 3 bulan dibutuhkan Rp 150.000.
Sekarang kita kalkulasi biaya keseluruhan. Pertama, Modal Tetap (pengeluaran biaya hanya sekali) adalah sebesar Rp 500.000, terdiri dari kandang Rp 200.000 dan telur Rp 300.000. Kedua, Modal Variabel (jumlahnya berubah-ubah mengikuti jumlah jangkrik) adalah Rp 270.000, terdiri dari biaya untuk sisa sayuran Rp 120.000 dan pur Rp 150.000. Sedangkan untuk biaya lain-lain seperti transportasi dan komunikasi kita anggarkan Rp 150.000. Jadi jumlah Modal Variabel adalah Rp 420.000 atau Rp 920.000 untuk modal keseluruhan.
Nah, selanjutnya mari kita hitung berapa potensi pendapatan yang akan Anda peroleh. Jika Anda menjual jangkrik kepada pedagang atau pengepul biasanya dihargai Rp 50 per ekor, namun jika Anda jual langsung kepada pemakai bisa mencapai Rp 80 per ekor secara eceran dan membutuhkan waktu yang lama. Misalnya, Anda tidak mau repot menjual secara eceran, maka Anda jual kepada pedagang atau pengepul jangkrik. Jadi pendapatan yang akan Anda terima adalah sebesar Rp 1.500.000, 3.000 ekor kali Rp 50.
Pada panen perdana Anda akan memperoleh laba bersih sebesar Rp 1.080.000, merupakan selisih antara total pendapatan Rp 1.500.000 dan biaya variabel Rp 420.000. Sedangkan kandang dan telor merupkan Modal Tetap, jika Anda akan melanjutkan usaha peternakan ini pada bulan keempat, Anda tidak perlu membuat dan membeli telur lagi. Andai saja modal awal untuk kandang dan telor Anda peroleh dari hasil meminjam dan akan Anda lunasi sekaligus, maka masih ada saldo kas sebesar Rp 580.000.
Selanjutnya mari kita hitung berapa persentase laba bersihnya. Di atas total pendapatan adalah Rp 1.500.000 dan laba bersih Rp 1.080.000. Maka persentase laba bersihnya adalah 72% untuk 3 bulan atau 24% untuk sebulan. Jika kita bandingkan dengan bunga tabungan pada bank yang besarnya 6% per tahun atau 0,5% per bulan, maka imbal hasil usaha jangkrik tentu jauh lebih besar. Bahkan masih di atas imbal hasil reksadana terbaik sekali pun yang mencapai 39% pertahun atau 3,25% perbulan.
Menurut suami dari Hermawati ini, usaha ini bisa dilakukan secara sambilan. Di tengah kesibukan Anda bekerja, usaha ini masih tetap bisa dilakukan. Usaha sambilan dengan imbal hasil 24% per bulan tentu cukup membantu perekonomian keluarga, bukan?
Saat ini Udin kewalahan menerima order jangkrik dari para pengepul, bahkan permintaan mereka banyak yang tidak terpenuhi. Maka dari itu, ia sangat terbuka kepada peminat yang ingin bermitra untuk menjadi peternak. Menurutnya, peminat bisa datang langsung ke rumahnya di jalan Masjid Nurul Ikhwan RT 05 RW 01, Kelurahan Pondok Kacang Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. "Kagak jauh dari komplek Graha Raya Bintaro Jaya", imbuhnya.
"Tapi kalau mau ke rumah gua nelpon dulu ya. Takutnya gua kagak di rumah. Ni nomer fleksi gua 02144203212", kata Udin menutup obrolannya dengan saya dan hendak bersiap-siap untuk pergi ke pasar Lembang, Ciledug untuk mngambil sisa-sisa sayuran yang dibuang oleh para pedagang.
Oleh : Mohammad Tarso
Twitter : @tarso1975