Nantikan Ulasan "USP Swamitra JKS Raih Predikat Terbaik Kategori BDR dan Kinerja, 2014 dan 2015"

12 Agustus 2015

Aan Berdayakan Masyarakat Produksi Sulam Usus

Aan Ibrahim memang seorang desainer yang penuh dedikasi dan totalitas. Ia rela meninggalkan pekerjaan sebelumnya demi mengembangkan busana adat asal tanah kelahirnya, Lampung. Kini, Lampung tidak hanya dikenal produk kain tapisnya, tapi juga busana sulam ususnya.


Agar busana sulam usus hasil rancangannya dikenal para pecinta fesyen, Aan rajin memperkenalkan produknya di berbagai even pameran. Antara lain, Indonesia Fashion Week, Jakarta Fashion Week, Festival Krakatau, Inacraft, dan berbagai even lainnya.

Para pekerjanya itu berasal dari enam kabupaten di Lampung, antara lain, Kabupaten Tulang Bawang, Tanggamus, dan Lampung Barat. "Para perajin diberikan pelatihan selama tiga bulan bagaimana proses pembuatan baju hingga jadi. Kalau di workshop proses finishing saja," kata Aan.

Para perajin itu membentuk kelompok kerja yang berjumlah sekitar 5-15 orang. Masing-masing kelompok mengerjakan dasar sulam usus. Pembuatan sulam usus untuk satu busana memerlukan waktu cukup lama, yakni sekitar tiga bulanan. Jika ada detail atau motif yang lebih rumit,  maka membutuhkan waktu lebih lama lagi dan tingkat ketelitian yang lebih tinggi.

Aan merasa tak sia-sia mempekerjakan masyarakat sekitar untuk membantu usahanya. Pasalnya, saat ini sudah ada beberapa mantan karyawannya yang memiliki bekal ilmu sulam usus hasil didikannya. Dengan ilmu yang dimilikinya itu, mantan karyawannya bisa mendirikan sendiri usaha serupa.
Dengan begitu, Aan merasa telah memberdayakan orang lain di daerah asalnya sekaligus melestarikan sulam usus. "Meskipun, mereka tidak mendesain secara langsung, hanya mencontoh desain saya yang sudah jadi," imbuhnya.

Kini, dibantu 300 perajin, Aan mampu merancang 80 busana sulam usus per bulan. Satu helai busana dibanderol dari Rp 1 juta hingga Rp 50 juta.
Toh, kendati usahanya sudah maju, kendala bisnis tetap dialami Aan. Salah satunya, soal sumber daya manusia. Maklum, Aan harus bersabar mendidik dan mengembangkan bakat pekerjanya yang kurang disiplin dan terampil.

Karena merekrut anak-anak putus sekolah dan janda, kesulitan Aan adalah membiasakan para perajin memiliki disiplin dalam bekerja. "Masalahnya, setelah memiliki ketrampilan sedikit, mereka resign dan kita harus mencari perajin baru," imbuh Aan.

Kendala lainnya adalah soal pemasaran. Aan merasa pemerintah perlu memberikan uluran tangan untuk ikut memperkenalkan busana sulam usus hasil karyanya. Ini terutama memberikan peluang bagi pengusaha untuk memamerkan produknya di berbagai even yang digelar  instansi pemerintah.

Pasalnya, di awal-awal menjadi desainer sulam usus,  Aan mengaku sangat sulit untuk mengenalkan hasil karyanya pada publik. Bahkan setiap dia mengikuti pergelaran busana, tidak banyak media yang tertarik meliput baju sulam usus karyanya. Karena sulam usus belum pernah dibuat sebagai busana.

Ia bilang, dalam menjalankan bisnis ini diperlukan kemauan, disiplin dan kerja keras. Artinya, pelaku usaha jangan mudah berputus asa jika mengalami kegagalan. Karena, berbisnis di bidang fesyen membutuhkan modal yang cukup besar.

Sumber : Kontan Online